Jumat, 24 April 2015

artikel mikrobiologi



BAWANG MERAH SEBAGAI PEMBUNUH MIKROBA


Bawang merah sebagai pembunuh mikroba? Kok bisa?


Bagi anda yang sering memasak tentunya mendengar kata bawang merah (Allium cepa L.) sudah tak asing lagi. Hampir setiap masakan menggunakan bawang merah (Allium cepa L.) sebagai salah satu bumbu wajib masakan. Di Indonesia kaya akan tumbuh-tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat berbasis alternatif atau obat herbal. Salah satu jenis tumbuhan yang memiliki potensi sebagai obat herbal adalah bawang merah (Allium cepa L.) yang banyak memiliki varietas di Indonesia, di antaranya varietas Bima yang berasal dari Bima. Menurut Setijo (2003), bawang merah (Allium cepa L.) varietas Bima memiliki keunggulan antara lain warna umbi merah muda, bentuk biji bulat gepeng, bentuk umbi lonjong bulat, potensi hasil umbi 9,9 t/ha, dan cukup tahan terhadap penyakit busuk umbi. 


Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan salah satu jenis komoditas yang mempunyai arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari nilai ekonomisnya maupun kandungan gizinya. Bawang merah (Allium cepa L.) digemari karena karakteristik rasa dan aromanya yang khas. Aroma bawang merah (Allium cepa L.) disebabkan karena aktivitas enzim allinase. Aroma ini akan tercium apabila jaringan tanaman rusak karena enzim allinase akan mengubah senyawa s-alkil sistein sulfoksida yang mengandung belerang. Umbi bawang merah (Allium cepa L.) juga mengandung allisin, flavonol, kuersetin, dan kuersetin glikosida yang bersifat antibakteri, anticendawan, antikoagulan serta menunjukkan aktivitas enzim antikanker (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Menurut Rukmana (1994) dalam Ambarwati dan Yudono (2003), bawang merah (Allium cepa L.) mengandung senyawa allin dan allisin yang bersifat bakterisida. Pendapat yang sama dari Wibowo (2009), mengatakan bahwa bawang merah (Allium cepa L.) mengandung senyawa allicin dan minyak atsiri yang bersifat bakterisida dan fungisida terhadap bakteri dan cendawan. Bahan aktif minyak atsiri terdiri dari sikloaliin, metilaliin, kaemferol, kuersetin, dan floroglusin (Muhlizah dan Hening, 2000). 


Selain fungsinya sebagai bumbu dapur penyedap masakan, bawang merah juga bermanfaat bagi kesehatan, bahkan setelah diteliti oleh para ilmuwan, bawang merah (Allium cepa L.) disamping berfungsi sebagai penyedap masakan, bawang merah (Allium cepa L.) juga bisa sebagai anti bakteri bahkan mampu membunuh beberapa jenis virus. Pada tahun 1919 ketika flu membunuh 40 juta orang, ada seorang dokter yang mengunjungi banyak petani untuk melihat apakah ia dapat membantu memerangi flu. Banyak petani dan keluarga mereka telah tertular dan banyak yang meninggal. Dokter ini mengunjungi satu keluarga petani, dan yang mengejutkannya, ternyata semua keluarga petani tersebut sangat sehat. Ketika dokter bertanya apa yang dilakukan petani yang membuat semua keluarganya sehat, sang istri menjawab bahwa ia telah menaruh bawang merah yang telah dikupas dalam sebuah piring pada setiap kamar di rumah itu. Dokter itu tidak percaya dan bertanya apakah ia dapat memiliki salah satu dari bawang merah untuk dilihatnya dibawah mikroskop. Istri petani itu memberinya satu dan ketika sang dokter melihat bawang merah dibawah mikroskop, ia menemukan virus flu yang sudah inaktif (mati). Bawang merah ini jelas mampu menyerap bakteri, sehingga seluruh keluarga petani terhindar dari virus flu tersebut. 


Influenza biasa disebut flu, adalah penyakit yang disebabkan oleh virus RNA yang menginfeksi saluran pernafasan banyak hewan, burung, dan manusia. Pada kebanyakan orang, hasil infeksi pada orang akan menyebabkan gejala umum seperti demam, batuk, sakit kepala, dan lelah. Beberapa orang juga dapat mengembangkan sakit tenggorokan, mual, muntah, dan diare. Mayoritas individu memiliki gejala selama sekitar satu hingga dua minggu kemudian sembuh tanpa masalah. Namun dibandingkan dengan sebagian besar infeksi virus pernapasan lainnya, infeksi influenza dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah dengan angka kematian (tingkat kematian) sekitar 0,1% dari orang yang terinfeksi virus.


Haemophilus influenza adalah bakteri yang salah dianggap penyebab influenza sampai virus itu ditunjukkan sebagai penyebab pada tahun 1933. Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi paru-paru pada bayi dan anak-anak, dan kadang-kadang menyebabkan telinga, mata, sinus, sendi, dan beberapa infeksi lain, tetapi tidak menyebabkan flu. Virus influenza adalah virus RNA, termasuk famili Orthomyxovirus, berantai tunggal dan berbentuk heliks. Sesuai dengan antigen dasarnya dibagi menjadi tiga tipe yaitu A, B dan C. Virus ini dibagi menjadi beberapa subtipe berdasarkan antigen permukaannya yaitu hemaglutinin (H) dan neuraminidase (N). Tiga tipe hemaglutinin yang ada pada manusia (H1, H2, H3) berperan dalam penempelan virus pada sel. Dua tipe neuraminidase (N1, N2) berperan dalam penetrasi virus ke dalam sel. Variasi kedua glikoprotein eksternal H dan N, adakalanya berubah secara periodik, hal ini menyebabkan perubahan antigenitas. Antigenic shift merupakan perubahan besar (major) salah satu antigen permukaan (H atau N), yang dapat menyebabkan pandemi. Antigenic drift merupakan perubahan kecil (minor) pada antigen permukaan yang timbul diantara major shift dan bisa dihubungkan dengan epidemi (Pickering dkk., 2000).


Virus influenza yang menjadi penyebab flu dibagi menjadi tiga jenis, yang ditunjuk A, B, dan C. Influenza tipe A dan B bertanggung jawab atas wabah penyakit pernafasan yang terjadi hampir setiap musim dingin atau musim hujan dan sering dikaitkan dengan tingkat peningkatan rawat inap dan kematian. Influenza tipe C berbeda dari tipe A dan B dalam beberapa hal penting. Tipe C biasanya menyebabkan infeksi baik penyakit pernafasan sangat ringan atau tanpa gejala sama sekali, tetapi tidak menyebabkan epidemi dan tidak memiliki dampak kesehatan masyarakat parah influenza tipe A dan B. Upaya untuk mengendalikan dampak influenza ditujukan untuk jenis A dan B.


Virus influenza terus berubah dari waktu ke waktu, biasanya dengan mutasi (perubahan RNA virus). Hal ini mengubah konstanta sering memungkinkan virus untuk menghindari sistem kekebalan tubuh (manusia, burung, dan hewan lainnya) sehingga host rentan terhadap infeksi virus influenza berubah sepanjang hidup. Proses ini bekerja sebagai berikut: host terinfeksi virus influenza mengembangkan antibodi terhadap virus karena host tidak mengenali penyakit influenza sebagai masalah sampai infeksi ini berjalan dengan baik. Antibodi yang pertama kali dikembangkan mungkin dalam beberapa kasus memberikan perlindungan parsial terhadap infeksi dengan virus influenza yang baru.



Virus influenza masuk ke dalam saluran napas melalui droplet, kemudian menempel dan menembus sel epitel saluran napas di trakea dan bronkus. Infeksi dapat terjadi bila virus menembus lapisan mukosa non-spesifik saluran napas dan terhindar dari inhibitor non-spesifik serta antibodi lokal yang spesifik. Daerah yang diserang adalah sel epitel silindris bersilia. Selanjutnya terjadi edema lokal dan infiltrasi oleh sel limfosit, histiosit, sel plasma dan polimorfonuklear. Nekrosis sel epitel ini terjadi pada hari pertama setelah gejala timbul. Perbaikan epitel dimulai pada hari ke-3 dan ke-5 dengan terlihatnya mitosis sel pada lapisan basal. Respons pseudometaplastik dari epitelium yang undifferentiated timbul. Puncaknya dicapai pada hari ke–9 sampai ke-15 setelah awitan penyakit. Setelah 15 hari, tampak produksi mukus dan silia kembali seperti sediakala. 





Belum banyak yang mengetahui bahwa bawang merah yang selama ini kita kenal sebagai bumbu masak yang sering kitadigunakan didapur, ternyata mempunyai khasiat untuk mengatasi flu. Menurut pakar herbal, dr. Vivi Kurniaty Tjahjadi, M.Si, dalam bawang merah yang terkupas kulitnya mengandung brbagai macam bahan alami seperti minyak atsiri, sikloaliin, merilaliin, dihidroaliin, flavonglikosida, kuersetin, saponin, peptide, fitohormon, vitamin, protein, lemak, kalsium, fosfor dan zat pati seperti yang terkandung dalam lengkuas. Kandungan flavonglikosida berfungsi sebagai antiradang, antibakteri, serta menurunkan panas sehingga tidak heran bawang merah dapat mengatasi flu. Senyawa sulfur dan quercetin banyak terkandung dalam minyak esensial atau minyak atsiri yang bermanfaat untuk menetralisir racun yang masuk ke dalam tubuh.


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh ahli farmasi, kandungan senyawa sulfur mampu mengatasi gangguan dalam saluran pernafasan. Sehingga mampu melegakan dan mencairkan dahak seseorang yang terserang atau terkena flu yang disertai dengan batuk. Serta senyawa yang ada pada bawang merah juga dapat menambah daya tahan dan meningkatkan energi positif dalam tubuh kita.


Cara termudah untuk mengobati atau mengatasi serta mencegah flu dengan menggunakan bawang merah yaitu dengan menempatkan potongan bawang merah di dalam kamar. Karena irisan bawang merah yang ditempatkan dalam ruangan tersebut akan membuat permukaan bawang merah menyerap virus atau bakteri yang berdampak buruk bagi kesehatan seperti virus penyebab flu. Selain dapat menyembuhkan penderita flu, aroma atsiri yang terkandung pada bawang merah juga menyebar keseluruh ruangan sehingga mampu mencegah orang-orang yang berada disekitar ruangan itu terserang oleh virus influenza. Kemudian bisa juga dengan cara bawang merah tersebut dicincang-cincang dan dicampur dengan minyak dan dioleskan diubun-ubun. Cara ini biasa digunakan pada bayi dan balita yang flu.


Karena bawang merah yang sudah dikupas dapat menyerap virus atau bakteri jahat yang dapat menyebabkan flu, maka sebaiknya bawang merah yang belum akan langsung digunakan untuk memasak jangan dikupas terlebih dahulu, namun dikupas pada saat akan langsung digunakan saja. Karena jika bawang merah tersebut dikupas pada saat belum akan digunakan maka bakteri atau virus akan menempel pada bawang merah tesebut dan jika dikonsumsi akan menimbulkan penyakit. Bawang merah sudah cukup terkontaminasi hanya dengan dipotong dan dibiarkan terbuka untuk sebentar saja, sehingga hal itu dapat membahayakan kesehatan. 


So, manfaatkan bawang merah sebaik-baiknya. Bisa mengatasi influenza dengan mudah akan tetapi tidak sehat bawang merah tersebut dikupas dan tidak langsung dimasak, kecuali jika memang digunakan untuk perlindungan terhadap bakteri atau virus influenza.














Daftar pustaka


Anonim. Kesehatan Menegenai influenza. 2012. http://www.smallcrab.com/kesehatan/443-mengenal-influenza (diakses pada tanggal 22 april 2015 pukul 21.34 wib)


Anonim. Bawang Merah untuk Atasi Flu. 2014. http://m.kompasiana.com/post/read/674095/3/khasiat-bawang-merah-untuk-atasi-flu.html (diakses pada tanggal 22 april 2015 pukul 21.25 wib)


Anonim. Manfaat dan Khasiat Bawang Merah untuk Kesehatan. 2010. http://hariansehat.com/manfaat-dan-khasiat-bawang-merah-untuk-kesehatan/ (diakses pada tanggal 22 april 2015 pukul 22.14 wib)


Anonim. Berbagai Manfaat Bawang Merah bagi Manusia. 2013. http://sehatcenter.com/berbagai-manfaat-bawang-merah-bagi-manusia/ (diakses pada tanggal 22 april 2015 pukul 22.30 wib)


Ambarwati, Erlina dan Prapto Yudono. Keragaman Stabilitas Hasil Bawang Merah. Ilmu Pertanian, (10) 2 : P. 1 – 10. 2003.


Capuccino, James G. and Natalie Sherman. 1987. Microbiology : A Laboratory Manual. California : the Benjamin cummings publishing company, Inc. 


Hatijah. Jurnal skripsi. 2013. http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6151/JURNAL%20SKRIPSI%20ST.HATIJAH%20(H41109262).pdf?sequence=1 (diakses pada tanggal 22 april 2015 pukul 22.03 wib)


Muhlisah, F dan Sapta Hening S. Sayur dan Bumbu Dapur Berkhasiat Obat. Jakarta: Penebar Swadaya. 2000.


Pitojo, Setijo. Benih Bawang Merah. Yogyakarta: Kansius. 2003.


Rukmana, R. Bawang Merah Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen. Yogyakarta: 



Kanisius.1994. 





Waluyo L. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press




Wibowo, S. Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah dan Bawang Bombay. Cetakan 1. Jakarta : Penebar Swadaya. 1994.